Menguak Sisi Lain Bung Karno

Written By Solution Anti Virus on Saturday, July 27, 2013 | 11:21 AM


Bogor - Kalimat “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah” (Jas Merah)” yang diucap saat pidato terakhir masa jabatan Bung Karno selaku mandataris MPRS pada 17 Agustus 1966, diingat benar oleh sutradara Hanung Bramantyo.


Menurutnya, begitu jelas maksud dan relevansinya. Soekarno sebagai seorang visioner, sadar, sejarah bangsa bukanlah sekadar masa lalu. Sejarah menjadi ukuran kemajuan suatu bangsa.


Negara-negara besar belajar dari segala kepahitan dan kegagalan sebelumnya. Sejarah mengajarkan untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Bung Karno, seorang pahlawan yang namanya dikenal melalui sejarah proklamasi Indonesia sekaligus menjadi presiden pertama Indonesia.


“Sosoknya biasa kita pandang sebagai seorang yang invincible. Beliau sering digambarkan sebagai seseorang yang sempurna di atas kertas yang bertuliskan sejarah Indonesia. Namun, saya berusaha menggambarkan beliau sebagai seorang manusia biasa dalam filmnya yang mengangkat tokoh Soekarno,” katanya di sela-sela syuting hari terakhir film Soekarno: Indonesia Merdeka! di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/7).


Hanung menambahkan, sejarah tak ubahnya fondasi sebuah bangunan. Tanpa fondasi, kemajuan yang dicapai satu bangsa sangatlah rapuh. Bung Karno adalah founding father, peletak dasar berdirinya bangsa ini, sudah selayaknya namanya dicatat dengan tinta emas. Perjuangan Bung Karno yang penuh dinamika, dari penjara ke penjara, bisa membangkitkan kesadaran berbangsa.


Namun, Bung Karno sebagai “Bapak Bangsa” tidak seharusnya dikultuskan atau menjadi mitos para pemuja ajaran Marhaen (kerakyatan). Bung Karno tidak hanya digambarkan dalam sejarah yang dangkal tanpa melihat cara pandangnya sebagai manusia dengan visi yang jauh ke depan.


“Lewat film, perjalanan dan perjuangan Bung Karno ini diharapkan mampu menginspirasi generasi muda untuk terus mengobarkan mimpi menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar nan mandiri. Atas dasar pemikiran inilah film sejarah ini diproduksi. Rencananya film Soekarno: Indonesia Merdeka dirilis pada Desember 2013,” jelasnya.


Hal ini yang kemudian menjadi dasar Hanung menggarap film itu. Film Soekarno memberikan tafsir yang mungkin berbeda dengan buku-buku sejarah resmi. Ia mengambil dari banyak buku yang dipakai untuk referensi kedua tokoh tersebut.


Sosok Besar
Film ini dibintangi Ario Bayu yang berperan sebagai Soekarno, Lukman Sardi sebagai Muhammad Hatta, Maudy Koesnaedi (Inggit Garnasih), Tika Bravani (Fatmawati) dan Tanta Ginting (Syahrir). Film ini merupakan film produksi Multivision Plus (MVP) Pictures yang bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Soekarno.


Aktor Ario Bayu menyadari, harapan penonton terhadap dirinya cukup besar. Apalagi, dari skenario film, porsi Soekarno 90 persen merupakan tokoh yang diperankannya. Tapi harus dipahami, tanggung jawab peran Soekarno ada di tangan sutradara juga.


“Saya bisa menginterpretasikan sosok Soekarno melalui referensi video, dialog dengan keluarganya, orang-orang terdekat, maupun tokoh-tokoh lain yang pernah bersinggungan dengan beliau. Jadi, keberhasilan saya memerankan tokoh Soekarno ya harus didukung tim yang solid. Sampai syuting awal kemarin, saya melihat kerja keras dan soliditas tim produksi,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 6 Februari 1985 itu.


Ario sadar, Soekarno adalah sosok besar dan memiliki pengagum yang luar biasa banyak. Menurutnya, mungkin 240 juta rakyat Indonesia nanti ingin melihat sosok Soekarno dalam film.


“Saya melihat urgensi kenapa film Soekarno harus dibuat. Bagaimanapun, Soekarno adalah tokoh yang layak dijadikan panutan, ideologinya, semangat kebangsaannya, kecintaannya pada negeri ini, hingga keberaniannya melawan penindasan, dan beliau harus hidup dari penjara dan penjara. Sampai ajal pun beliau juga harus dalam keadaan terpenjara,” jelas bintang film Java Heat dan Dead Mine itu.


Tokoh Soekarno di film tersebut benar-benar memperlihatkan sisi lain, yakni sosok manusianya. Ia bukan super hero. Soekarno bukan manusia sempurna. Dia womanizer (pencinta wanita) dan harus diakui punya sisi lemah dalam hidupnya.


“Ini yang harus kita pahami dan terima dari ketidaksempurnaan seorang Soekarno. Bahwa dia adalah Bapak Bangsa, pemimpin besar, dan Proklamator itu harus kita akui,” tutup dia. [H-15]


Anda sedang membaca artikel tentang

Menguak Sisi Lain Bung Karno

Dengan url

http://motorcycleinnovation.blogspot.com/2013/07/menguak-sisi-lain-bung-karno.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Menguak Sisi Lain Bung Karno

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Menguak Sisi Lain Bung Karno

sebagai sumbernya

0 komentar:

Post a Comment

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger